Lensa Garuda-Musi Rawas Utara.
Sanggar seni Reok ponorogo, sebuah sanggar seni yang bergerak di bidang kebudayaan Jawa khususnya reog Ponorogo dan kuda lumping,Tapi sebelum itu yuk tilik sebentar bagaimana sejarah kuda lumping ini,salah seorang dari pimpinan kesenian reog Ponorogo dan kuda lumping yang ada di desa Kertasari kecamatan Rawas Ilir kabupaten Musi Rawas Utara. Rabu (12/04/2023).

Menurut bapak Subandi salah satu anggota sangar seni Reok Ponorogo Kuda Lumping, atau yang bisa disebut juga sebagai jaran kepang atau jathilan adalah tarian tradisional Jawa yang ditampilkan secara berkelompok. Menurut sejarah, tarian ini berasal dari Yogyakarta kemudian menyebar ke seluruh pelosok Jawa.
Ada referensi yang bisa kita temukan untuk menyebutkan bagaimana tarian ini bermula; ada yang menyebut bahwa tarian ini sudah sangat tua (tak bertahun) sebagai wujud tarian sakral pemujaan terhadap dewa. Ada yang menyebut tarian ini berasal dari peristiwa pasukan berkuda Pangeran Diponegoro yang berjuang mengusir penjajah, dan juga versi lainnya seperti perjuangan kuda kekar Kanjeng Sunan Kalijaga, pasukan berkuda (kavaleri) kuat bentukan Mataram, juga tentang pasukan berkuda dari Sultan Hamengkubuwono pertama. Ada pula versi yang menyebutkan bahwa tari kuda lumping menggambarkan kisah pasukan pemuda cantik bergelar Jathil penunggang kuda putih berambut emas, berekor emas, serta memiliki sayap emas yang membantu pertempuran kerajaan Bantarangin melawan pasukan penunggang babi hutan dari kerajaan Lodaya pada serial legenda reog abad ke-11.
Terlepas dari asal-usul dan nilai historisnya, tari kuda lumping merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan berkuda. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan layaknya seekor kuda di tengah peperangan.
Sedangkan kata jathilan sendiri oleh masyarkat Magelang berasal jath yang berarti banyak atau amat, dan thil-thilan yang bermakna gerak. Jika dihubungkan dalam terjemahan bebas, kata jathilan berarti banyak gerak seperti kuda yang selalu bergerak.
Di tempat acara, orang-orang mulai ramai berkumpul membentuk lingkaran yang makin padat. Gendang dan gamelan terus bergema seakan memanggil orang yang masih diperjalanan untuk mempercepat langkahnya. Di atas tanah yang beralaskan terpal para musisi itu berkumpul, memukul gamelan yang berlaras slendro dan pelog, gendang kulit dan juga gong berbagai ukuran, tak lupa dengan bonangnya yang bunyinya begitu sopan masuk ke telinga.ungkap pelda Darlan Efendi.
Pelda Darlan Efendi juga menyampaikan, ingatlah negara yang maju, negara yang makmur, negara yang berperadaban, adalah negara yang menghormati dan melestarikan kebudayaannya, salam Budaya,ungkap pelda Darlan Efendi.
(Pendim 0406/Lubuklinggau).
